Sebagai makanan khas Sumatera Barat yang masuk dalam World’s 50 Most Delicious Food dari
CNN pada tahun 2011 lalu, rasanya rendang memang layak masuk 27 daftar
ini. Makanan yang dibuat menggunakan daging sapi ini bahkan menggunakan
bumbu rempah yang melimpah untuk menciptakan satu porsinya. Sebut saja
aneka bumbu halusnya yaitu cabai, bawang putih, lengkuas, bawang merah,
kunyit, dan serai ada di sana. Belum lagi tambahan santan sebagai
campuran saat rendang dimasak yang membuatnya semakin melimpah rempah.
Catatan
tentang rendang sebagai makanan tradisional dari daerah Minangkabau
ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan, seorang sejarawan dari
Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa rendang sudah mulai
muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur
abad ke-19 dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering
bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut
mereka lalui dengan jalur air dan bisa memakan waktu kurang lebih
sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang
perjalanan itu, para perantau ini pasti sudah menyiapkan bekal makanan
yang akan tahan hingga waktu yang lama, dan makanan itu adalah rendang.
Makanan
yang bahkan sudah dikenal di hampir seluruh rumah makan Padang ini
telah dikenal oleh masyarakat luar Indonesia. Tak heran memang, karena
rasanya yang sangat meresap sampai ke dalam daging berkat pemasakannya
yang lama. Setelah semua bumbu dan potongan daging dicampur menjadi satu
dengan santan, maka saat dimasak harus terus diaduk. Awalnya satu
kualinya bisa memuat air yang banyak, namun setelah dimasak dengan waktu
sekitar empat jam, air akan habis dan bumbunya meresap ke daging. Hal
itulah yang membuat rasa rendang sangat nikmat, begitu pula saat
dikonsumsi bersama dengan nasi.
Nama
bubur kampiun tentu sudah tidak asing bagi pecinta kuliner tanah air,
mengingat bubur ini memiliki ciri khas digabungkannya berbagai bubur
dalam satu wadah. Olahan dari Bukittinggi ini berasal dari campuran
hasil kukusan ketan putih, bubur sumsum atau bubur putih, bubur ketan
hitam, bubur kacang hijau, bubur candil, hingga kolak pisang/ubi. Tidak
hanya daftar di atas yang bisa dimasukkan, karena di berbagai daerah
juga kerap menambahkan lupis ketan putih atau bubur delima. Terdiri dari
beraneka ragam bahan inilah yang membuat bubur kampiun terasa
istimewa.
Cara memasaknya juga tidak main-main, kenapa? Karena pemasakan jenis-jenis bahannya akan dilakukan dengan wadah atau panci berbeda. Untuk menyajikannya juga unik, karena setiap bahan akan diambil satu persatu baru dimasukkan ke wadah. Biasanya orang-orang akan memburunya saat bulan Ramadhan tiba, khusunya dijadikan sebagai takjil karena rasanya yang manis. Namun selain bulan puasa, bubur ini cukup sulit ditemui karena cara pengolahannya yang memakan waktu dan harga bahan-bahannya mulai meningkat.
Cara memasaknya juga tidak main-main, kenapa? Karena pemasakan jenis-jenis bahannya akan dilakukan dengan wadah atau panci berbeda. Untuk menyajikannya juga unik, karena setiap bahan akan diambil satu persatu baru dimasukkan ke wadah. Biasanya orang-orang akan memburunya saat bulan Ramadhan tiba, khusunya dijadikan sebagai takjil karena rasanya yang manis. Namun selain bulan puasa, bubur ini cukup sulit ditemui karena cara pengolahannya yang memakan waktu dan harga bahan-bahannya mulai meningkat.
3. Kerupuak sanjai
Karupuak
sanjai adalah keripik yang berasal dari daerah Bukittinggi, tepatnya di
Jalan Sanjai, desa Manggis. Mungkin agak aneh memang, namanya yang
karupuak, justru ternyata olahan ini adalah keripik yang dibuat dari
singkong. Sejarah keripik ini berasal dari jalan Sanjai, di tahun
1970-an, di sana terdapat 3 orang pembuat keripik, mereka adalah Amai
Seram, Amai Terimalah, dan Amai Malan. Ketiga nenek itu kemudian saling
sikut untuk menjualnya di Kawasan Pasar Atas, Bukittinggi. Kini
keturunan mereka bertiga adalah penjual keripik ini, bahkan warga
sekitar juga ikut-ikutan membuatnya, sehingga jalan Sanjai kini menjadi
sentra keripik sanjai.
Keripik yang dibuat dari keripik singkong yang diiris tipis-tipis ini terdapat 3 varian rasa, yaitu tawar, asin, dan pedas. Yang tawar bisa disebut pula dengan original, karena singkong yang telah diiris tidak dibumbui apapun. Sedangkan yang asin didapat dari tambahan bumbu berupa kunyit, garam, dan bawang putih yang dihaluskan. Sehingga akan menghasilkan keripik gurih dengan warna kuning. Terakhir ada rasa pedas karena telah diberi bumbu balado dengan warna merah. Ada perbedaan yang menonjol, jika biasanya keripik balado dibumbui bubuk, sanjai justru dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan cabai yang dijadikan saus. Saus itu kemudian dioleskan ke keripik, lalu dikeringkan baru bisa dimakan.
Keripik yang dibuat dari keripik singkong yang diiris tipis-tipis ini terdapat 3 varian rasa, yaitu tawar, asin, dan pedas. Yang tawar bisa disebut pula dengan original, karena singkong yang telah diiris tidak dibumbui apapun. Sedangkan yang asin didapat dari tambahan bumbu berupa kunyit, garam, dan bawang putih yang dihaluskan. Sehingga akan menghasilkan keripik gurih dengan warna kuning. Terakhir ada rasa pedas karena telah diberi bumbu balado dengan warna merah. Ada perbedaan yang menonjol, jika biasanya keripik balado dibumbui bubuk, sanjai justru dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan cabai yang dijadikan saus. Saus itu kemudian dioleskan ke keripik, lalu dikeringkan baru bisa dimakan.
Selain
Rendang, di ibukota Sumatera Barat, Padang, juga ada olahan lain
bernama gulai gajeboh atau disebut pula sandung lamur. Bahan utama
pembuatannya adalah daging sapi pada bagian punuk, sehingga biasanya
akan terdapat banyak gajih (lemak). Namun kerena itulah akan ada 3
varian rasa jika menikmatinya, yakni rasa gurih yang biasa saja, sebab
daging lebih banyak dari lemak. Lalu ada rasa gurih normal yang akan
timbul saat gajih lebih banyak dari daging, sedang yang ketiga sangat
gurih karena hanya ada gajih saja dalam porsinya. Walaupun kebanyakan
antara gajih dengan daging perbandingannya 3:1, sehingga rasanya condong
ke gurih.
Sesuai namanya, makanan khas Sumatera Barat ini juga punya kuah seperti gulai pada umumnya. Kuah yang digunakan adalah asam pareh, namun disajikan tanpa santan sedikitpun, sehingga tampilannya akan memerah. Selain rasa gurih, berkat kuah tersebut maka akan ada cita rasa pedas yang timbul. Bahkan berkat perpaduan antara kuah dengan banyaknya lemak, banyak yang mengatakan bahwa gajeboh adalah makanan paling lezat. Namun sangat tidak disarankan bagi penderita kolesterol tinggi, karena makanan dengan harga mulai dari Rp. 23.500 plus nasi ini, bisa membuat tengkuk terasa berat. Untuk mendapatkannya, kunjungi saja Rumah Makan Lamun Ombak di Padang atau yang di Jakarta ada Rumah Makan Sepakat.
Sesuai namanya, makanan khas Sumatera Barat ini juga punya kuah seperti gulai pada umumnya. Kuah yang digunakan adalah asam pareh, namun disajikan tanpa santan sedikitpun, sehingga tampilannya akan memerah. Selain rasa gurih, berkat kuah tersebut maka akan ada cita rasa pedas yang timbul. Bahkan berkat perpaduan antara kuah dengan banyaknya lemak, banyak yang mengatakan bahwa gajeboh adalah makanan paling lezat. Namun sangat tidak disarankan bagi penderita kolesterol tinggi, karena makanan dengan harga mulai dari Rp. 23.500 plus nasi ini, bisa membuat tengkuk terasa berat. Untuk mendapatkannya, kunjungi saja Rumah Makan Lamun Ombak di Padang atau yang di Jakarta ada Rumah Makan Sepakat.
Salah
satu jajanan pasar yang masih awet hingga sekarang di daerah
Minangkabau adalah lamang tapai. Panganan ini disajikan dari lamang yang
dimasak dengan medium bambu kemudian ditambah dengan tapai hasil
fermentasi. Uniknya untuk membuat tape tersebut, bahan yang digunakan
adalah ketan hitam yang telah dikukus sebelum akhirnya difermentasi.
Proses fermentasinya sendiri menggunakan perantara ragi dengan kandungan
jamur bernama Saccharomyces yang membuat beras ketan lebih encer dan
berair. Rasa yang ditimbulkan oleh proses ini adalah asam, bahkan terasa
seperti soda karena telah difermentasi selama 2 sampai 3 hari.
Sedangkan cara membuat lamangnya adalah hanya dengan memasak beras ketan di dalam bambu kemudian setelah masak isiannya akan ditaruh ke piring dengan lumuran tapai beras ketan hitam tadi. Rasa lamangnya yang khas dengan rasa gurih akan dipadukan dengan enaknya beras ketan hitam alias tape. Bahkan jika lamangnya telah habis, mengonsumsi tapenya saja sudah cukup membuat lidah bergoyang, walaupun hanya sekedar topping belaka. Biasanya saat bulan Ramadhan, lamang tapai akan dengan mudah dijumpai, mengingat kerap disajikan sebagai takjil buka puasa.
Sedangkan cara membuat lamangnya adalah hanya dengan memasak beras ketan di dalam bambu kemudian setelah masak isiannya akan ditaruh ke piring dengan lumuran tapai beras ketan hitam tadi. Rasa lamangnya yang khas dengan rasa gurih akan dipadukan dengan enaknya beras ketan hitam alias tape. Bahkan jika lamangnya telah habis, mengonsumsi tapenya saja sudah cukup membuat lidah bergoyang, walaupun hanya sekedar topping belaka. Biasanya saat bulan Ramadhan, lamang tapai akan dengan mudah dijumpai, mengingat kerap disajikan sebagai takjil buka puasa.
Salah
satu jenis kue yang langka ditemui adalah kue dengan nama lompong sagu.
Bahan yang digunakan untuk membuat lompong sagu adalah tepung sagu,
parutan kelapa, gula merah, santan, dan pisang kepok atau pisang raja.
Makanan tradisional Sumatera Barat ini berasal dari daerah Minang dengan
rasa dominan manis dan ada aroma khas pemanggangan. Bentuknya sendiri
sangat unik, setelah selesai dipanggang, biasanya akan disajikan di atas
piring dengan bentuk kotak hasil potongan, bisa juga diberi taburan
parutan kelapa.
Sedangkan pembuatan kue ini adalah dengan cara mencampurkan bahannya seperti, pisang kepok yang sudah dihaluskan, tepung sagu, kelapa parut, gula merah halus, serta air secukupnya. Aduk adonan tersebut sampai benar-benar merata, kemudian masukkan adonan ke daun pisang sebesar 2 sendok makan adonan untuk dibungkus. Kedua ujungnya, kunci saja dengan lidi, sehingga akan dengan mudah dipanggang. Saat dipanggang, bolak-balik bungkusannya sampai benar-benar matang. Setelah matang, lompong sagu bisa disajikan dengan memotongnya menjadi beberapa bagian untuk dihiasi parutan kelapa atau memakannya secara langsung saat masih hangat.
Sedangkan pembuatan kue ini adalah dengan cara mencampurkan bahannya seperti, pisang kepok yang sudah dihaluskan, tepung sagu, kelapa parut, gula merah halus, serta air secukupnya. Aduk adonan tersebut sampai benar-benar merata, kemudian masukkan adonan ke daun pisang sebesar 2 sendok makan adonan untuk dibungkus. Kedua ujungnya, kunci saja dengan lidi, sehingga akan dengan mudah dipanggang. Saat dipanggang, bolak-balik bungkusannya sampai benar-benar matang. Setelah matang, lompong sagu bisa disajikan dengan memotongnya menjadi beberapa bagian untuk dihiasi parutan kelapa atau memakannya secara langsung saat masih hangat.
7. Sala lauak
Selain
Padang, kota besar lain di Sumbar adalah Pariaman yang juga punya
makanan khas, diantaranya adalah sala lauak. Makanan asli Sumatera Barat
ini dibuat menggunakan ikan karena daerah Pariaman adalah daerah
pesisir dengan hasil ikan yang cukup banyak. Sesuai namanya, yang
berarti goreng dari kata sala, maka cara pemasakan sala lauak juga
dengan cara digoreng. Namun penggorengan itu terjadi apabila adonan dari
daging ikan yang telah halus dicampur dengan tepung sebagai luarannya
telah dibuat. Dalam proses pembuatan adonan tersebut nantinya akan
dibuat bulat atau pipih, bisa juga sesuai selera baru bisa digoreng.
Warna yang akan timbul seusai penggorengan adalah kecokelatan, dengan rasa gurih dan renyah yang timbul saat menggigitnya. Sebenarnya sala lauak terdapat dua varian, yakni yang berbentuk bulat dinamakan sala keras karena luarannya agak keras. Namun jenis lain, yaitu sala lunak punya tekstur yang lebih lunak dengan bentuk pipih. Selain itu, perbedaan lainnya adalah bahannya, jika yang keras memakai ikan asin, maka yang lunak menggunakan ikan stuhuak. Sebagai salah satu jenis gorengan, ikan stuhuak akan sangat tepat menjadi lauk makan maupun camilan, apalagi dicocol dengan saus.
Warna yang akan timbul seusai penggorengan adalah kecokelatan, dengan rasa gurih dan renyah yang timbul saat menggigitnya. Sebenarnya sala lauak terdapat dua varian, yakni yang berbentuk bulat dinamakan sala keras karena luarannya agak keras. Namun jenis lain, yaitu sala lunak punya tekstur yang lebih lunak dengan bentuk pipih. Selain itu, perbedaan lainnya adalah bahannya, jika yang keras memakai ikan asin, maka yang lunak menggunakan ikan stuhuak. Sebagai salah satu jenis gorengan, ikan stuhuak akan sangat tepat menjadi lauk makan maupun camilan, apalagi dicocol dengan saus.
8. Sate padang
Selain nasi padang yang sudah terkenal, ada juga makanan khas Sumatera Barat lain bernama sate padang yang terkenal hingga Sumatera Utara Olahan
sate khas kota Padang tersebut dibuat menggunakan daging sapi, bahkan
ada lidah sapinya yang diberi kuah khasnya. Sebenarnya tidak hanya
daging dan lidah sapi, melainkan ada pula bahan lain yang kerap
digunakan seperti jeroan berupa jantung, usus, dan paru. Sedangkan untuk
bumbu yang digunakan adalah bawang merah, bawang putih, kunyit, serai,
jahe, cabai merah, dan bumbu lainnya. Bumbu-bumbu tersebut dimasak
dengan kaldu sapi, kemudian akan ditambah dengan tepung beras agar lebih
kental.
Biasanya penjual yang kerap ditemui di pinggir jalan, akan menjajakannya dengan irisan ketupat yang tertutup bumbu kuahnya. Hal ini karena bumbu kuah yang diberikan sangatlah banyak yang menutupi ketupat di bawahnya, sehingga akan semakin nikmat rasanya. Rasa pedas dan gurih akan langsung muncul di mulut saat mengonsumsi satenya yang empuk. Sedangkan aroma yang akan timbul bila menghirupnya akan tercium aroma kunyit dan serainya yang khas. Hal inilah yang membuat jenis sate ini banyak peminatnya, bahkan sampai ke luar Padang.
Biasanya penjual yang kerap ditemui di pinggir jalan, akan menjajakannya dengan irisan ketupat yang tertutup bumbu kuahnya. Hal ini karena bumbu kuah yang diberikan sangatlah banyak yang menutupi ketupat di bawahnya, sehingga akan semakin nikmat rasanya. Rasa pedas dan gurih akan langsung muncul di mulut saat mengonsumsi satenya yang empuk. Sedangkan aroma yang akan timbul bila menghirupnya akan tercium aroma kunyit dan serainya yang khas. Hal inilah yang membuat jenis sate ini banyak peminatnya, bahkan sampai ke luar Padang.
9. Bareh randang
Di kawasan Darek yang terdiri dari beberapa kota meliputi Payakumbuh, Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota terdapat kudapan manis bernama bareh randang. Makanan ini ternyata bukanlah jenis dari rendang, sesuai namanya yang agak nyerempet, namun ternyata bareh randang adalah olahan tersendiri. Penamaan randang yang membuat kita salah sangka ternyata memiliki makna ‘menyangrai’ sesuai proses pemasakannya. Sedangkan bareh didapat dari artinya yaitu beras atau tepung beras yang menjadi bahan pembuatannya. Jika ditilik secara bahasa seperti di atas, maka secara harfiah bareh rendang adalah makanan dari tepung beras yang dimasak dengan cara disangrai yang dicampur dengan cairan gula dan santan.
Prosesnya yang disangrai nantinya akan menciptakan bareh randang yang memiliki permukaan agak kasar namun bagian dalamnya lunak. Nantinya gumpalan hasil pemasakannya akan dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan bentuk lingkaran ataupun persegi. Makanan adat Sumatera Barat dengan warna putih ini memiliki rasa yang manis, sehingga sering dijadikan cemilan, termasuk upacara adat. Sebut saja adat pernikahan dan perkumpulan adat, bareh randang akan dengan senang hati menjadi hidangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar