Mie Aceh merupakan masakan mie pedas khas dari Aceh. Mie yang berwarna kuning dan tebal ditambah dengan irisan daging sapi, daging kambing, maupun makanan laut (udang dan cumi) yang disajikan dengan sup sejenis kari yang gurih dan pedas. Mie Aceh sendiri ada dua jenis, yaitu Mie Aceh Goreng (bentuknya kering dan digoreng) serta Mie Aceh kuah (bentuknya seperti sup). Mie aceh dilengkapi dengan irisan bawang goreng dan disajikan bersama emping, potongan bawang merah, ketimun, dan jeruk nipis.
Jika dilihat dari sejarahnya, kuliner Aceh tidak lepas dari pengaruh budaya lokal masyarakat Aceh sendiri yang digabungkan dengan budaya asing yang akhirnya membentuk wilayah Aceh di masa lalu. Terlebih lagi Aceh di zaman dahulu terkenal sebagai pintu atau pelabuhan utama di wilayah Sumatera dan sekitarnya.
Jika diamati, sup mie aceh dengan kari kental merupakan pengaruh dari masakan India, sementara mie sendiri berasal dari resep masakan China atau Tiongkok. Penyajian dengan menggunakan daging kambing atau sapi pasti tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai Islam di Aceh yang sangat kuat, sedangkan penambahan makanan laut seperti cumi dan udang karena Aceh terletak di geografis yang dikelilingi oleh lautan seperti Selat Malaka, Laut Andama, dan Samudera Hindia. Juga dari cara hidup masyarakat Aceh yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan nelayan. Saat ini, Anda bisa menemukan salah satu kuliner khas Aceh ini diseluruh kota di Indonesia bahkan mie yang terkenal lezatnya ini bisa Anda temukan di negara sekitar Indonesia seperti Malaysia dan Australia.
Dalam satu porsi, mie aceh memiliki beragam rasa, dari mulai manis, asam, dan asin. Bumbu-bumbunya yang diracik dengan bahan cabai bermutu tinggi, bawang putih, kemiri, ketumbar, merica, jahe, dan rempah-rempah lainnya kemudian digiling halus sehingga berwarna merah.
Mie aceh memang sangat terkenal. Namun, tidak ada yang tahu persis darimana asal usul dari mie aceh itu sendiri. Dalam buku-buku sejarah Aceh pun tidak ada yang menemukan ihwal mula dari mie aceh. Walaupun begitu, ada yang bilang mie aceh merupakan kombinasi dari Aceh, India, dan China dimana mie berasal dari China, India sebagai pencetus kari yang kental dan Aceh dengan bahan-bahan yang kaya akan bumbu sehingga terciptalah mie aceh.
https://www.bernas.id/10391-asal-usul-mie-aceh-salah-satu-kelezatan-kuliner-nusantara.html
2. Sate matang
Di aceh ada satu sate yang bernama sate Matang. Sate dari dahulu identik dengan pedagangnya yang menggunakan gerobak. Di beberapa tempat, sate dijajakan dengan gerobak dengan berkeliling. Sate matang pun demikian, di Aceh, sate ini telah melegenda berkat tradisi mempertahankan resep daerah dari pedagang lokal, meski konon baru terkenal ke luar daerah pada '90-an
Ciri khas sate matang yang memadukan tiga jenis olahan ini yang bikin pecinta kulier nusantara patut memberi ruang di antara jenis sate dari daerah lain. Satu lagi, sate matang selalu dipadukan dengan nasi putih.
Pengolahan sate matang cukup lama. Sate matang berbahan utama daging sapi atau kambing. Daging sapi yang telah diiris ini tak langsung dibakar di atas arang, tapi terlebih dahulu direndam dengan beberapa bumbu hingga meresap dalam daging. Sate inilah yang punya rasa khas bahkan sebelum diguyur dengan saus.
Sementara saus atau bumbu sate, hampir sama dengan jenis sate lain dengan racikan kacang tumbuk. Namun, pengolah sate matang menambahkan bumbu-bumbu lain menyesuaikan dengan citarasa daging dan kuah soto yang juga campuran daging. Sotonya terbuat dari banyak rempah. Jadi, ada dua daging dalam setiap sajian sate matang, daging sate dan daging soto. Kedua daging ini tentu membuat perpaduan rasa yang sempurna bagi para pecinta kuliner nusantara.
Nama "sate matang" berasal dari nama sebuah daerah di Aceh. Sebuah kota kecil di Kabupaten Bireuen bernama Kota Matang Geuleumpang Dua. Bireuen terletak di pesisir utara Aceh, pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara.
Banyak daerah di Aceh terdapat sate matang, namun pemerintah daerah selalu mempromosikan bahwa jika pecinta kuliner nusantara ingin menikmati sate matang asli, mestilah datang ke Matang Geuleumpang Dua ini. Pemerintah setempat menyebut kota kecil ini sebagai pusat sate matang.
https://merahputih.com/post/read/dari-kota-kecil-sate-matang-jadi-kuliner-primadona-aceh
3. Kuah pilek U
Kuah Pliek U adalah makanan tradisional sejenis masakan bersantan yang
khas dari daerahAceh. Makanan satu ini sekilas hampir mirip
dengan Gulai hanya saja isinya berupa sayuran dan kuahnya terbuat dari
bahan khusus. Kuah Pliek U merupakan salah satu makanan tradisional yang
cukup terkenal di daerah Aceh, khususnya di daerah pesisir timur Aceh.
Selain dikonsumsi sehari-hari, Kuah Pliek U juga sering disajikan pada
acara-acara tertentu dan menjadi salah satu menu special yang digemari
oleh warga di sana.
Asal Usul Kuah Pliek U
Konon Kuah Pliek U sudah menjadi makanan favorit masyarakat Aceh sejak jaman dahulu. Nama Kuah Pliek U diambil dari salah satu bumbu dasar dalam membuat makanan ini yaitu “Pliek U” atau yang lebih dikenal dengan Patarana. Pliek u sendiri merupakan sisa kelapa yang minyaknya sudah diperas. Di masyarakat pedesaan Aceh, minyak kelapa ini biasanya dijadikan minyak goreng yang disebut dengan “Minyeuk Reutik”. Sedangkan sisa atau ampasnya dijemur dan dijadikan pliek u. Pliek u ini kemudian gunakan masyarakat sebagai bumbu dasar dari Kuah Pliek U.
Keunikan Dan Keistimewaan Kuah Pliek U
Salah satu keunikan dari makanan ini adalah penggunaan pliek u pada bumbunya. Penggunaan pliek u ini akan memberikan aroma yang sedap serta memberikan cita rasa yang khas pada kuahnya. Selain itu bahan yang digunakan pada Kuah Pliek U ini juga merupakan aneka sayuran sangat bervariasi. Kandungan vitamin dan gizi pada bahan Kuah Pliek U ini dipercaya dapat meningkatkan gairah dan kekebalan tubuh, sehingga baik untuk kesehatan.
Pengolahan Dan Penyajian Kuah Pliek U
Kuah Pliek U ini terbuat dari bahan utama seperti buah nangka muda, papaya muda, daun melinjo, kacang panjang, kacang tanah, buah melinjo dan pliek u. Selain itu ada juga yang menambahkan beberapa bahan seperti rebung, daun papaya, daun singkong, udang kecildan lain-lain. Sedangkan untuk bumbu yang digunakan biasanya terdiri dari ketumbar, cabe,bawang merah, bawang putih, dan bumbu rempah lainnya.
Dalam proses pengolahannya, bumbu tersebut dihaluskan terlebih dahulu. Sedangkan bahan yang bertekstur keras seperti buah melinjo dan kacang tanah harus direbus terlebih dahulu hingga empuk. Setelah semuanya siap, bumbu serta sayuran dicampur dan diaduk-aduk hingga merata. Kemudian bahan yang sudah dicampur dengan bumbu tadi dimasukan ke dalam belangga (wajan), lalu diberi air santan dan direbus hingga matang.Kuah Pliek U ini biasanya disajikan bersama dengan nasi hangat. Untuk menu tambahan biasanya juga disantap bersama dengan ikan asin.
Cita Rasa Kuah Pliek U
Kuah Pliek U ini memiliki cita rasa yang khas. Kuahnya yang gurih dipadukan aneka sayuran yang segar membuat makanan satu ini semakin terasa nikmat. Selain itu aromanya yang sedap tentu sangat menggugah selera dan membuat kita ingin tambah.
Kuliner Kuah Pliek U
Kuah Pliek U merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup terkenal di Aceh, terutama di daerah pesisir timur Aceh. Makanan ini tidak hanya menjadi makanan sehari-hari masyarakat di sana, namun juga sering disajikan pada acara-acara tertentu. Selain itu banyak juga warung makan atau restoran yang menyediakan menu Kuah Pliek U ini, sehingga bagi anda yang berkunjung atau berwisata ke sana bisa dengan mudah menemukannya.
http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/kuah-pliek-u-makanan-tradisional-dari.html
Asal Usul Kuah Pliek U
Konon Kuah Pliek U sudah menjadi makanan favorit masyarakat Aceh sejak jaman dahulu. Nama Kuah Pliek U diambil dari salah satu bumbu dasar dalam membuat makanan ini yaitu “Pliek U” atau yang lebih dikenal dengan Patarana. Pliek u sendiri merupakan sisa kelapa yang minyaknya sudah diperas. Di masyarakat pedesaan Aceh, minyak kelapa ini biasanya dijadikan minyak goreng yang disebut dengan “Minyeuk Reutik”. Sedangkan sisa atau ampasnya dijemur dan dijadikan pliek u. Pliek u ini kemudian gunakan masyarakat sebagai bumbu dasar dari Kuah Pliek U.
Keunikan Dan Keistimewaan Kuah Pliek U
Salah satu keunikan dari makanan ini adalah penggunaan pliek u pada bumbunya. Penggunaan pliek u ini akan memberikan aroma yang sedap serta memberikan cita rasa yang khas pada kuahnya. Selain itu bahan yang digunakan pada Kuah Pliek U ini juga merupakan aneka sayuran sangat bervariasi. Kandungan vitamin dan gizi pada bahan Kuah Pliek U ini dipercaya dapat meningkatkan gairah dan kekebalan tubuh, sehingga baik untuk kesehatan.
Pengolahan Dan Penyajian Kuah Pliek U
Kuah Pliek U ini terbuat dari bahan utama seperti buah nangka muda, papaya muda, daun melinjo, kacang panjang, kacang tanah, buah melinjo dan pliek u. Selain itu ada juga yang menambahkan beberapa bahan seperti rebung, daun papaya, daun singkong, udang kecildan lain-lain. Sedangkan untuk bumbu yang digunakan biasanya terdiri dari ketumbar, cabe,bawang merah, bawang putih, dan bumbu rempah lainnya.
Dalam proses pengolahannya, bumbu tersebut dihaluskan terlebih dahulu. Sedangkan bahan yang bertekstur keras seperti buah melinjo dan kacang tanah harus direbus terlebih dahulu hingga empuk. Setelah semuanya siap, bumbu serta sayuran dicampur dan diaduk-aduk hingga merata. Kemudian bahan yang sudah dicampur dengan bumbu tadi dimasukan ke dalam belangga (wajan), lalu diberi air santan dan direbus hingga matang.Kuah Pliek U ini biasanya disajikan bersama dengan nasi hangat. Untuk menu tambahan biasanya juga disantap bersama dengan ikan asin.
Cita Rasa Kuah Pliek U
Kuah Pliek U ini memiliki cita rasa yang khas. Kuahnya yang gurih dipadukan aneka sayuran yang segar membuat makanan satu ini semakin terasa nikmat. Selain itu aromanya yang sedap tentu sangat menggugah selera dan membuat kita ingin tambah.
Kuliner Kuah Pliek U
Kuah Pliek U merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup terkenal di Aceh, terutama di daerah pesisir timur Aceh. Makanan ini tidak hanya menjadi makanan sehari-hari masyarakat di sana, namun juga sering disajikan pada acara-acara tertentu. Selain itu banyak juga warung makan atau restoran yang menyediakan menu Kuah Pliek U ini, sehingga bagi anda yang berkunjung atau berwisata ke sana bisa dengan mudah menemukannya.
http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/kuah-pliek-u-makanan-tradisional-dari.html
Asal Usul Ayam Tangkap
Asal usul Ayam Tangkap ini masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun menurut beberapa sumber, Ayam Tangkap ini merupakan jenis makanan yang sudah ada sejak dahulu. Konon nama Ayam Tangkap ini diambil dari kebiasaan masyarakat Aceh saat memasak daging ayam. Sebelum memasaknya, mereka harus menangkap ayam tersebut terlebih dahulu di pekarangan mereka. Sehingga banyak yang menyebutnya Ayam Tangkap.
Keunikan Dan Keistimewaan Ayam Tangkap
Keunikan Ayam Tangkap ini sangat terlihat dari segi penyajiannya. Dalam penyajiannya, ayam goreng tersebut disajikan dengan daun-daunan seperti daun temurui dan daun pandan yang dirajang kasar serta digoreng renyah. Apabila kita cicipi daun renyah tersebut, pertama kali akan terasa aneh, namun apabila dipadukan dengan ayam goreng, maka akan menghasilkan cita rasa yang khas dan nikmat. Rasanya yang khas itulah yang menjadi salah satu keistimewaan dari Ayam Tangkap ini.
Pengolahan Dan Penyajian Ayam Tangkap
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Ayam Tangkap ini terbuat dari bahan dasar seperti,ayam potong, daun temurui, daun pandan dan cabe hijau. Untuk cabe hijau ini biasanya menggunakan cabe panjang yang nantinya akan disajikan bersama dengan daun temurui dan daun pandan. Sedangkan untuk aneka bumbu yang biasanya digunakan di antaranya seperti,bawang putih, bawang merah, cabe rawit, kunyit, jahe, dan air asam jawa.
Dalam proses pembuatan Ayam Tangkap ini, pertama daging ayam dipotong sesuai dengan keinginan dan dibersihkan. Setelah bersih, daging kemudian direndam bersama bumbu hingga meresap lalu daging ayam digoreng hingga matang. Setelah hampir matang, kemudian daun temurui, cabe hijau dan daun pandan digoreng bersama dengan daging ayam tadi. Setelah semuanya matang, lalu tiriskan. Ayam Tangkap biasanya disajikan langsung bersama dengan daun-daunan yang sudah digoreng tersebut. Untuk menambah aroma, biasanya cukup ditaburi dengan bawang goreng.
Cita Rasa Ayam Tangkap
Bagi anda yang baru pertama kali menikmati masakan Ayam Tangkap ini, biasanya akan merasakan sensasi rasa yang berbeda dengan masakan ayam lainnya. Rasa daging ayamnya yang gurih dipadukan dengan daun temurui dan daun pandan yang renyah tentu memberikan cita rasa yang khas pada makanan tradisional satu ini. Ayam Tangkap sangat cocok disajikan selagi hangat bersama dengan nasi hangat juga.
http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/ayam-tangkap-makanan-tradisional-dari.html
5. Ungkot kemamah
Eungkot Keumamah ini adalah salah satu dari sekian banyak masakan khas Aceh. Masakan ini sudah ada dari jaman dulu. Bahkan makanan ini andalan para pahlawan Aceh pada saat perang melawan kafir Belanda. Fungsi masakan ini sendiri hampir sama dengan rendang—makanan yang awet dan tidak mudah basi. Semakin dipanaskan/dihangatkan semakin enak. Disebut ikan kayu karena tekstur ikan ini keras akibat dari proses pengeringan di terik matahari dan melalui pengasapan. Hal ini dimaksudkan agar ikan lebih awet dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setelah dijemur dan dipotong sepanjang pergelangan tangan, lalu dilanjuti dengan proses pelumuran tepung dan sekikit kapur.
Jenis ikan ini sendiri adalah ikan tongkol yang sangat besar potensinya di Aceh karena lokasi geografis yang dikelilingi oleh lautan. Sehingga potensi yang berlimpah ini dimanfaatkan oleh masyarat pesisir Aceh untuk dijadikan oleh masakan yang nikmat.
Secara umum, sejarah masakan Aceh berkembang pada saat zaman hindu yang dibawa oleh orang India yang secara lokasi dekat dengan Aceh. Masakan Aceh sendiri pun sangat mirip dengan masakan India. Hal ini didukung pula karena ketersediaan rempah-rempah di daerah setempat yang mewarnai cita rasanya yang asam dan pedas serta gurih. Jenis makanan di Aceh pun beragam. Ada yang berkari kental, berkuah, dan bertumis seperti Eungkot Keumamah ini.
https://budaya-indonesia.org/Ungkot-Kemamah
6. Kue Timphan
Jika datang ke dataran Aceh, kita akan menemukan masakan khas Aceh yang diberi nama Timphan. Setiap rumah penduduk, baik yang di kota hingga desa, pasti menghidangkan kue yang satu ini di hari-hari tertentu. Timphan adalah kue khas Aceh yang biasanya isinya kelapa dan srikaya, asoe kaya, dan dibungkus oleh daun pisang.
Timphan merupakan satu jenis masakan yang secara bentuk memiliki kemiripan dengan lontong yang sering kita temukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Isian dari Timphan berasal dari jenis yang mudah ditemukan di Aceh. Masakan ini memanfaatkan apa yang bisa diolah dari tanah mereka. Hal yang menarik dari Timphan adalah sebuah keterampilan yang diwariskan turun-temurun pada garis darah perempuan Aceh.
Hampir seluruh keluarga yang terutama memiliki garis keturunan perempuan dapat membuat masakan ini. Pewarisan ini yang justru menjadi wadah dan jalan komunikasi antara perempuan Aceh. Bukan hanya dalam keluarga mereka saja, tetapi dengan tetangga ataupun sanak saudara yang lain pun hal ini selalu dilakukan. Sambil diajarkan cara membuatnya, mereka akan saling bercakap dan saling men-transfer tentang hal apapun sehingga tali silaturrahmi diantara mereka terikat erat.
Bahan baku Timphan terdiri atas tepung ketan, pisang raja, gula, telur ayam kampung, kelapa, minyak goreng, dan pucuk daun pisang sebagai pembungkus. Kendati harga telur ayam kampung lebih mahal, para ibu di sana lebih memilih menggunakannya dibanding telur ayam buras. Karena rasanya jauh lebih enak.
Cara membuatnya pun tidak rumit, cuma butuh waktu cukup lama. Kalau membuatnya selepas shalat isya, maka Timphan baru masak mendekati subuh. Ada dua jenis Timphan yakni Timphan isi telur dan kelapa. Untuk membedakannya, daun pisang raja untuk membungkus Timphan telur warnanya agak hijau muda keputihan. Sedangkan untuk Timphan kelapa, daunnya lebih hijau atau kemerahan setelah kena uap.
Cara memasak Timphan secara tradisional menggunakan periuk tanah liat yang bagian tengahnya diberi sekat dengan lubang-lubang halus seperti saringan untuk menempatkan Timphan. Di bagian bawah periuk diisi air. Jadi Timphan dikukus bukan direbus.
Ini biasanya dilakukan para ibu di kampung-kampung. Sementara tukang masak di toko roti di kota menggunakan panci aluminum atau stainless steel untuk mengukus Timphan hingga matang. Rasanya jela beda. Lebih enak Timphan yang dikukus dalam periuk.
Timphan merupakan kue dan hidangan khas Aceh pada acara-acara penting di dalam kebudayaan Aceh. Timphan sering dibuat khusus untuk hari lebaran, pesta pernikahan yang merupakan hidangan pembuka utama bagi tamu yang hadir pada Khenduri dalam kebudayaan Aceh.
Makanan ini sudah tersohor tidak hanya di lingkungan Aceh, tetapi Aceh sendiri yang merupakan sebuah wilayah yang kuat akan ajaran Islam membuat warga dari kebangsaan lain pun mengenal bahkan membuatnya di tanah mereka masing-masing.
Timphan menjadi kue spesial lebaran yang tetap dipertahankan meskipun bahan bakunya semakin mahal. Tanpa Timphan srikaya ataupun kelapa pada hari raya, lebaran terasa kurang lengkap meskipun sudah ada aneka penganan lain.
Timphan yang biasanya ditempatkan di nampan lebar atau piring-piring ceper, menjadi kue utama untuk menjamu tamu lebaran. Bagi menantu, Timphan seolah menjadi hantaran wajib ke rumah mertua saat ber-lebaran. Bila sudah begini, rasanya tak berlebihan bila banyak orang yang bilang Timphan itu kue Aceh paling istimewa untuk lebaran.
Begitulah masakan Aceh yang sederhana namun kuat akan tradisi dan rasa kekeluargaan. Tidak hanya untuk mengenyangkan perut yang memakannya, tetapi juga nilai budaya yang terus mengalir ke anak-cucu.
Timphan menjadi simbol kepulangan bagi siapapun warga Aceh yang jauh dari rumah mereka, seperti pada ungkapan dalam pribahasa:
“Uroe goet buluen goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasa” (Hari baik bulan baik, Timphan ibu buat harus dapat kurasakan).
Timphan adalah pengikat dan pengingat. Mereka yang sedang di rantau akan segera pulang untuk dapat berkumpul di rumah lalu bersama-sama menyantap Timphan yang dibuat oleh ibu tercinta
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=731405910966157860#editor/target=post;postID=938453482248089830;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=postname
7. Kue bhoi
Bhoi adalah sejenis kue bolu, berbahan tepung beras, telur bebek dan gula pasir. Seiring perkembangan zaman, bahan pembuat bhoi kini mulai disesuaikan dengan kesukaan masyarakat, yakni tepung beras digantikan dengan tepung terigu, dan telur bebek, digantikan dengan telur ayam.
Pergantian bahan baku pembuat kue bhoi, tidak lepas dari kemudahan mendapat beras karena sebahagian masyarakat Aceh tempo dulu merupakan petani padi. Hal itu juga terjadi pada bahan baku telur.
Tak ada yang bisa menjelaskan muasal nama Bhoi. Namun kultur India dan China diakui turut mempengaruhi masyarakat pada proses penggunaan cetakan dan pembuatan motif penganan yang satu ini.
kue bhoi merupakan penganan kalangan ningrat termasuk keluarga Sultan Iskandar Muda. Penganan ini disajikan kepada tamu istimewa yang datang berkunjung, atau saat perhelatan adat besar seperti pesta perkawinan
“Bahkan dalam hidangan khusus untuk para keluarga besar disajikan sebuah bhoi bentuk ikan dengan ukuran besar dalam sebuah piring. Ini untuk menunjukkan kelas dari keluarga si pegantin perempuan dan uniknya kue besar ini tidak boleh dimakan, hanya untuk menunjukkan bahwa ini adalah syarat adat yang harus dipenuhi keluarga pengantin perempuan,” sebut Badruzzaman ujar profesor hukum adat.
http://www.kba.one/news/bhoi-aceh-penganan-zaman-sultan-hingga-millenial/index.html
8. Kue keukarah
Keukarah, atau Karah adalahkue tradisional Aceh yang bertekstur garing dan renyah. Sepintas ia terlihat seperti jalinan mie hun. Warnanya kuning keemasan, berasal dari warna alami adonan yang digoreng menggunakan minyak
Bentuk kue pun ini beragam, di wilayah pantai Timur Utara Aceh, umumnya kue ini berbentuk bulan sabit dengan panjang sekitar 10 – 15 cm. Sedangkan di Aceh Barat umumnya berbentuk segitiga, ukurannya pun beragam, ada yang sebesar cupee atau piring kecil, ada yang sebesar piring, dan ada yang lebih besar lagi, tergantung keperluan dan selera. Yang besar ini biasanya sudah tidak garing lagi, teksturnya pun menjadi liat, untuk memudahkan cara memakannya biasanya diseduh dengan teh atau kopi panas.
Di Aceh kue ini sering menjadi suguhan utama di Hari Raya, pada upacara perkawinan sering pula menjadi pengisi talam sebagai hantaran, begitu juga pada upacara-upacara kematian sering dijadikan sebagai buah tangan saat menjenguk keluarga duka. Terutama di wilayah Aceh Barat dan sekitarnya.
https://acehtourismagency.blogspot.com/2012/09/keukarah-kue-tradisional-khas-aceh.html
9. Bubur Kanji Rumbi
Konon kuliner ini berumur ratusan tahun. Warga menjaganya sebagai tradisi dan mudah ditemui saban Ramadan di Aceh, pada seluruh pelosok.
Bubur Kanji diyakini berasal dari Gujarat dan Malabar, dua daerah distrik di India. Dibawa oleh para pedagang ke Aceh saat menyebarkan Islam abad ke-12. Begitu penuturan Adli Abdullah, pemerhati sejarah dan budaya Aceh.
Bubur Kanji yang mirip bubur ayam setelah dikenalkan abad ke-12, semakin popular di Aceh pada abad ke-16. Saat itu, Aceh dalam masa kejayaan dan berpengaruh di dunia, punya banyak sekutu dagang dan sekutu perang dalam menjaga kedaulatan negeri.
Bubur Kanji yang mirip bubur ayam setelah dikenalkan abad ke-12, semakin popular di Aceh pada abad ke-16. Saat itu, Aceh dalam masa kejayaan dan berpengaruh di dunia, punya banyak sekutu dagang dan sekutu perang dalam menjaga kedaulatan negeri.
salah satu wilayah sekutu adalah Malabar, yang membantu Aceh mengusir Portugis dari Selat Malaka. Banyak pemuda negeri itu yang merantau ke Aceh, bekerja sebagai tentara dan pembuat kapal-kapal perang, juga pandai senjata. Mereka membawa budayanya ke Aceh, termasuk makanan
Kala Ramadan, para pemuda Malabar selalu mengolah Kanji Rumbi sebagai makanannya. Mereka berbagi dengan warga Aceh, bertukar dengan makanan di sini, seperti Kuah Belangong dan Sie Reboh. Membangun kebersamaan dalam rasa sosial yang tinggi.
Enak di lidah dan perut, warga Aceh meminta resep dan mulailah diracik Kanji Rumbi oleh pribumi. Terus menerus sampai menjadi tradisi.
Kala Ramadan, para pemuda Malabar selalu mengolah Kanji Rumbi sebagai makanannya. Mereka berbagi dengan warga Aceh, bertukar dengan makanan di sini, seperti Kuah Belangong dan Sie Reboh. Membangun kebersamaan dalam rasa sosial yang tinggi.
Enak di lidah dan perut, warga Aceh meminta resep dan mulailah diracik Kanji Rumbi oleh pribumi. Terus menerus sampai menjadi tradisi.
Setelah 800 tahun, Kanji Rumbi menjadi kebiasaan saban Ramadan di masjid maupun meunasah, dibuat untuk menjadi menu berbuka para warga gampong.
Di Masjid Al Furqan Beurawe, Banda Aceh misalnya, Kanji Rumbi selalu tersedia. Selain dibagikan kepada warga, juga menu untuk yang berbuka di masjid. Seluruh warga urunan dana untuk menyiapkan masakan ini
https://steemit.com/story/@abuarkan/asal-usul-bubur-kanji-kuliner-ramadan
10. Meuseukat
Meuseukat secara fisik mirip seperti dodol, teksturnya lunak dan rasanya manis. Kue ini berwarna putih, karena tidak menggunakan pewarna makanan. Bahan bakunya terbuat dari tepung terigu yang dicampur gula dan sari buah-buahan. Cita rasa yang khas serta rasanya yang lezat membuat penganan ini sangat digemari oleh masyarakat Aceh.
Sebelumnya, kue tradisional ini hanya dapat ditemui pada saat acara-acara tertentu saja, seperti profesi pernikahan dan hari lebaran
Membuat meuseukat sebenarnya sama saja seperti membuat dodol, membutuhkan waktu yang lama serta ketelatenan dalam membuat adonan. Rasanya yang dominan manis berasal dari sari gula, sari buah nanas dan jeruk. Untuk membuatnya, gula dimasak dengan air serta perasan air jeruk dan nanas. Kemudian tepung dan mentega dimasukkan ke dalam air gula dengan perbandingan satu banding lima. Aduk dan masak dengan api kecil hingga adonan matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar